Jumat, 20 Januari 2012

Jangan Pernah Takut Masuk UI


Orang bilang kampusku adalah kampus perjuangan, dua tahun yang lalu aku tak mengerti mengapa orang menyebutnya begitu. Apa bedanya dengan kampus lain? Orang bilang kampusku bayarannya mahal, gak ada bedanya dengan kampus-kampus yang ada di jogja itu. Yang waktu mengisi formulir pendaftaran saja sudah disodorkan form uang sumbangan kampus. Orang bilang hidup di jakarta itu keras, biayanya besar. Orang bilang kampusku adalah kampus yang mendidik para demonstran. Dan orang bilang kampusku hanyalah untuk orang-orang berkantong tebal dan artis-artis. Lalu kenapa bisa disebut kampus perjuangan dengan perkataan orang-orang itu.
Tak terasa sudah hampir menginjak semester 6 aku menjadi bagian dari kampus ini. Banyak hal yang berubah dari diriku. Benar memang perkataan orang bahwa tempat mencari jati diri adalah di kampus, dan berada di kampus mana kita berada tentunya menentukan seperti apa kita akan terbentuk. Seperti kata pepatah klasik kalau kita berteman dengan penjual minyak wangi mungkin kita akan menjadi wangi, kalau kita berteman dengan perampok mungkin saja kita akan menjadi perampok, kalau kita berteman dengan orang alim mungkin saja kita bisa menjadi alim dan kalau kita berteman dengan orang pintar dan bersemangat mungkin saja kita bisa menjadi pribadi yang pintar dan bersemangat. Kampusku adalah kampus yang menurutku diisi oleh orang-orang hebat. Aku selalu yakin orang yang masuk ke kampus ini pasti pernah menjadi orang hebat, banyak cerita yang sudah aku dengar dari beberapa temanku tentang kisah perjuangan mereka masuk ke kampus ini. Dari situlah aku bisa mengatakan orang yang masuk kampus ini pasti pernah menjadi hebat.
Kalo kalian tanya bagaimana perjuangan kita bisa masuk di kampus keren ini? Aku yakin semua orang akan sepakat bahwa untuk masuk ke kampus ini perlu belajar dengan keras. Aku saja hanya tidur 4-5 jam sehari, jangan sekali-kali kita bersantai ria kalau ingin masuk ke kampusku, karena peminat kampusku ada di seluruh wilayah Indonesia. Ingatlah bahwa orang-orang yang mendaftar banyak yang jauh lebih hebat dan pintar dari Anda, makanya Anda perlu belajar ekstra keras untuk mengungguli saingan yang berasal dari seluruh wilayah di Indonesia ini. Banyak temanku juga yang rela harus meninggalkan Kebumen menuju Depok untuk mengikuti bimbingan belajar yang diadakan oleh Perhimak (Perhimpunan Mahasiswa Kebumen). Kalau ayahku bilang ke anak-anak yang ingin masuk UI “untuk bisa masuk UI kalian sebelum tidur harus baca buku dan bangun tidur juga harus baca buku” karena katanya aku dulu seperti itu.
Mengingat kisah perjuangan hidup memang selalu menarik sebagai bahan pembicaraan di malam hari yang terasa lebih indah karena tak ada ujian maupun tugas. Pembicaraan seperti ini sudah sering sekali terjadi di kosan kami. Banyak kisah inspiratif yang kami bagi terutama tentang perjuangan masuk ke kampus Universitas Indonesia. Orang-orang yang masuk ke Universitas Indonesia terutama yang berasal dari Kabupaten Kebumen biasanya memiliki alasan dan motivasi yang sama. Alasan pertama yang membuat kita tertarik untuk menjadi mahasiswa UI adalah masalah biaya. Jangan kalian pikir UI adalah kampus bagi mereka yang berkantong tebal saja. Jika benar seperti itu, tentu kami saat ini tak akan pernah mengenakan jaket kuning kebanggaan kami. Jaket kuning bagiku menjadi jendela bagi kami saat ini. Aku masih ingat betul  kapan pertama kalinya aku menuliskan UI sebagai kampus impian. Semua berawal dari datangnya kakak-kakak berjaket kuning ke sekolahku. Sebelumnya banyak sekali kakak-kakak datang dengan jaket almamater dengan berbagai warna. Aku sendiri tak hafal warna yang menunjukkan ciri khas masing-masing universitas itu. Namun, aku selalu ingat dengan rombongan kakak berjaket kuning itu. Sebelum mereka datang entah tahu dari mana kata ‘jaket kuning’ sudah tidak asing lagi di telinga. Dengan bangga mereka menyerukan ‘We are the yellow jacket’. Kedatangan mereka mengubah banyak sekali pikiran siswa SMA sepertiku kala itu. Cara presentasi yang memukau, semangat untuk menyebar mimpi, hebat, solid, ketulusan, kemandirian dan kejujuran. Itu kesan pertama aku melihat kakak berjaket kuning. Dari mereka aku mulai mengenal satu nama yang sangat asing bagiku yaitu BOPB. What is BOPB? BOPB itu singkatan dari Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan. Ada yang terasa aneh di dengar yaitu kata berkeadilan. Apa yang disebut dengan Adil disini? Dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami mereka menyebut bahwa berkeadilan disini adalah adil sesuai dengan kemampuan finansial penanggung biaya. Jadi kalau kita berasal dari keluarga kaya dan berkecukupan tentunya biayanya akan lebih mahal dari orang menengah kebawah. Semua biaya di UI sangat memperhatikan kaya dan miskin, bukan untuk membedakan antara si kaya dan si miskin, tapi untuk memberikan pendidikan untuk semua kalangan. Jadi jangan pernah bilang UI adalah kampusnya anak pejabat, orang berduit, artis atau sebagainya. Justru di UI lah banyak mimpi-mimpi anak yang bisa dikatakan tidak mungkin kuliah karena tidak ada biaya atau hanya bisa kuliah kalau masuk STAN akhirnya bisa kuliah, justru di UI lah kampus yang bisa menerima orang-orang dengan ketidakberdayaan ekonomi dan memberikan pelayanan pendidikan sekelas luar negeri.
Ada satu kisah tentang perjuangan seorang teman yang pada awalnya tidak mendapatkan keadilan biaya di UI dalam artian biaya yang ditetapkan dari UI masih terlalu berat bagi keluarganya namun akhirnya sekarang dia bisa melanjutkan pendidikannya di UI. Sebut saja namanya Mawar (bukan nama sebenarnya). Mawar telah resmi diterima sebagai mahasiswa di UI melalui jalur SNMPTN. Dia mengajukan BOPB sesuai dengan ketentuan yang ada. Pada saat pengumuman penentuan besaran BOPB, mawar kaget karena besaran BOPB yang dia dapatkan sangat tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan orangtuanya. Dengan rincian biaya semester 2,5 juta dan Uang Pangkal 7,5 juta. Artinya orangtuanya harus membayar 10 juta untuk bisa memasukkan anaknya di UI. Pada saat itu orangtuanya sangat keberatan untuk membayar uang sebesar itu karena kebetulan saat itu keluarganya sedang dililit hutang akibat ditipu teman sekantor ayahnya. Mawar sempat putus asa, bahkan dia sampai pulang ke kampung halaman di Kebumen setelah satu minggu menjalani kuliah di UI karena sangat bingung. Beruntunglah karena dia dan kami anak-anak Kebumen mempunyai keluarga seperjuangan di Depok bernama Perhimak. Ketua Perhimak mengetahui kabar kepulangan mawar, dan dengan segera Ketua Perhimak langsung menyusulnya ke Kebumen untuk meyakinkan bahwa semua pasti ada solusinya dan membawa mawar kembali ke Depok. Bagiku itu adalah kisah luar biasa. Kisah keluarga yang penuh ketulusan di tanah perantauan. Kita menjadi keluarga hanya dengan hitungan hari meski tak pernah ada akad (menyontek kata ketua BEM ku). Sang Ketua tentu menjadi orang yang bertanggung jawab karena berani membawa kembali mawar ke Depok. Kisah selanjutya lebih mengharukan ternyata mawar di Depok sudah ditunggu orang-orang petinggi organisasi di UI seperti Ketua BEM UI dan jajaran staffnya yang siap untuk membela nasib pendidikan seorang mahasiswi. Bayangkan sebegitu care-nya mereka, padahal mereka tak pernah mengenal mawar sebelumnya. Namun apa yang terjadi, mereka siap membela meski harus berhadapan dengan para birokrat kampus. Merinding aku mendengar cerita itu. Dan itulah ciri khas anak UI, tidak pernah tinggal diam dengan segala bentuk ketidakadilan. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa UI disebut sebagai kampus perjuangan. Ketua BEM UI dan petinggi organisasi ternyata tak mampu mengubah keadaan, tak mampu menurunkan besaran biaya kuliah si mawar. Tak ada cara lain temui langsung Pak Rektor! Itu sebuah tindakan heroik menurutku. Bagaimana seorang mahasiswa menemui rektor hanya untuk menurunkan biaya kuliah. Seperti kita tahu sendiri pak rektor sangat sulit ditemui. Namun, itulah perjuangan teman-teman. Si mawar diajak oleh ketua Perhimak untuk menemui Pak Rektor. Sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana Ketua Perhimak itu bisa membuat janji dengan Pak Rektor. Sampai sekarang saja aku belum pernah duduk bareng dengan Pak Rektor. Hebat sekali Sang Ketua sampai bisa membuat janji dengan Pak Rektor, duduk bareng, dan bercerita tentang nasib mahasiswi. Perjuangan yang luar biasa teman-teman. Dan akhirnya permasalahan biaya pun sudah terselesaikan. Biaya si mawar akan dibantu dari beasiswa yang diberikan oleh mahasiswa UI lain yang mendapatkan 2 beasiswa. Semua ada jalan teman-teman jika kita mau berjuang.
Untuk masalah biaya aku sampai lupa untuk menyampaikan ini. Sewaktu aku mengikuti Trining Motivation dari rangkaian acara UI Goes to Kebumen ada seorang pembicara, beliau salah satu orang penting jajaran rektorat di UI yang mengatakan ” jangan pernah takut masuk UI, karena dengarkan dan ingat baik-baik. UI tidak akan pernah mengeluarkan mahasiswanya karena masalah biaya!” Hal itu tentu saja menjadi tambahan semangat bagi orang sepertiku, bagi orang yang takut kuliah karena masalah uang.
Kembali ke alasan mengapa harus memilih UI. Alasan Kedua bagiku dan teman-teman yang sekarang sudah menjadi mahasiswa UI adalah karena di UI banyak sekali beasiswa yang ditawarkan. Jangan pernah takut masuk UI karena biaya hidup di Jakarta (padahal kita di Depok) tinggi, karena banyak sekali beasiswa yang bisa kita dapatkan asalkan kita mau mencoba. Yang aku rasakan dan mungkin teman-teman lain rasakan juga adalah kuliah di UI itu seperti belajar tapi dibayar, kalo orang lain bekerja lalu dibayar kalo kita belajar lalu dibayar. Anak-anak kebumen lainnya bahkan sampai bisa mengirimi uang ke orangtua untuk membantu biaya sekolah adiknya. Ini kisah nyata teman-teman. Aku sendiri sekarang merasa tidak lagi membebani orangtua dengan biaya. Asalkan di UI kalian aktif mengajukan beasiswa, InsyaALLOH jalan mendapatkan rezeki semakin terbuka lebar.
Alasan ketiga  kenapa ingin masuk UI adalah karena prestasi UI. Bukan menjadi rahasia umum kalau UI merupakan salah satu Universitas terbaik di Indonesia, bahkan mengungguli peringkat Sorbone University Perancis. Universitas yang mendadak tidak asing karena disebutkan di novel Laskar Pelangi. Universitas dimana penulisnya yaitu Andrea Hirata melanjutkan studi S2 nya.
Jangan pernah takut masuk UI teman-teman, karena UI adalah kampus rakyat dan UI adalah kampus perjuangan. Mari berjuang bersama meraih cita-cita dan impian kita. Tidak ada yang bisa mengubah nasib kita kecuali kita sendiri. Berusaha, berdoa dan jangan pernah takut untuk bermimpi, apapun mimpimu.

Depok, 21 Januari 2011