Senin, 10 Januari 2011

Terimakasih Garudaku


Meski kalah, kau tetap hebat garudaku. Kau sungguh bermain sangat hebat, sangat berhati-hati, dan menikmati pertandingan dengan gembira segembira pendukungmu di seluruh penjuru negeri. Performa apikmu di setiap laga seolah menjadi bius bagi rakyat yang sudah bosan dengan politik busuk negeri ini, korupsi dan hukum yang menjadi mainan para kongkalikong negeri ini, dan bencana yang belum kering lukanya di hati rakyat. Tetesan keringatmu pejuang, seolah telah mampu membasuh dosa-dosa para elit politik dan petinggi negeri ini. Lari kencangmu di lapangan teman, seolah membawa rakyat ke suatu negeri yang tidak sebobrok Indonesia, membawa rakyat pada suatu negeri yang aman, sejahtera dan makmur. Gocekan dan tendanganmu teman seolah menjadi hiburan murah yang bisa dirasakan oleh mereka anak jalanan. Dan teriakan-teriakan kalian para supporter sungguh mengingatkan negeri ini akan kata “Aku cinta Indonesia” yang sudah lama tak terdengar di telinga rakyat. Semua ini karenamu garudaku.

3-0 menjadi angka momok bagi kami para supporter saat kau tak mampu berbuat banyak di Bukit Jalil kala itu. Namun, ku tahu garuda kau bisa melakukan lebih saat itu. Laser dan petasan menggoyahkan konsentrasimu. Tak apa, karena Tuhan tahu semua kebenaran.

29 Desember 2010 menjadi saksi perubahan masyarakat Indonesia. Tahukah kau garuda? Rakyat kita tumbuh dewasa karenamu. Mereka tak lagi anarkis ketika kau gagal meraih gelar juara. Mereka tak membalas tindakan curang supporter Malaysia di Bukit Jalil. Inilah yang ditunggu-tunggu Indonesia sejak lama. “Lebih baik kalah dengan terhormat” itu kata mereka. Terimakasih garuda akan peranmu mengubah kedewasaan rakyat Indonesia di tengah miskinnya teladan dari petinggi negeri ini, terimakasih telah menumbuhkan semangat nasionalisme, terimakasih karena kau memberikan secercah harapan untuk adik-adikmu. Teruslah menjadi kebanggaan masyarakat, teruslah menjadi hiburan untuk anak-anak jalanan, terbanglah tinggi dan bawa Indonesia menjadi lebih bermartabat dengan sayap prestasimu. Garuda di dadaku, garuda kebanggaanku, ku yakin esok hari pasti menang.

Depok, 31 Desember 2010

Surat Untukmu Bapak Dosen


Wahai bapak dosen yang selalu mengaku sebagai raja dalam kelas. Ketahuilah bahwa banyak hati-hati yang terluka ketika melihat huruf C+ menyapa di website akademik kami. Ada apa gerangan?? Aku kira C+ hanya menyapaku, tapi C adil karena dia juga menyapa teman-temanku yang lain. Nilai ini jelas tidak menggambarkan kemampuanku. Entah aku yang terlalu percaya diri atau Anda yang terlalu idealis dengan urusan nilai. Namun, aku tetap bersyukur karena ternyata ada teman yang kabarnya tidak lulus mata kuliah ini.
Bapak, kami rasa kami tidak terlalu bodoh, dan ketahuilah untuk urusan ujian pasti kami akan memperjuangkan mata kuliah Anda. Bagi kami tidak ada target kecuali A. Bagi kami mata kuliahmu tidaklah terlalu sulit, masih ada mata kuliah yang serupa meski tidak sama pada semeter ini, lebih sulit bahkan. Namun, tahukah kau bapak, aku masih bisa mendapatkan nilai A. Sistem belajar yang kau terapkan sungguh tidak profesional dan efektif. Apakah Anda sudah cukup berkaca bagaimana Anda mengajarkan dan menularkan ilmu kepada kami? Dengan sistem yang hanya butuh mengajar 3 kali untuk ujian dan sisanya Anda tidak bisa hadir karena suatu hal. Lalu, apa-apaan yang Anda laukan mengadakan ujian pada H-2 batas pemasukan nilai. Sistem yang kau terapkan yang membuat kami mendapatkan nilai jeblok. Dan saya dengan tegas menyalahkan Anda atas kejeblokan nilai ini. Perlukah saya meminta pertanggungjawaban?
Mahasiswa UI bukan mahasiswa yang bodoh bapak, jika dalam satu kelas semua mendapatkan nilai jelek pastilah ada sesuatu di balik itu. Dan untuk masalah ini, sekali lagi saya menyalahkan ANDA!!!! Bapak, banyak sekali yang kecewa dengan nilai ini. ketahuilah saya masih tidak rela mendapatkan nilai ini. Karena saya yakin bisa mendapat nilai lebih untuk mata kuliah Anda. Mata kuliah Anda membuatku tidak bisa mempersembahkan nilai terbaik untuk oleh-oleh keluargaku di kampung. Mata kuliah Anda membuat IP dan IPK turun dan itu sangat membahayakan nasib beasiswaku. Semoga adik-adik angkatan saya tidak merasakan kekecewaan kami. Semoga saya tidak akan menemui dosen seperti Anda di kampus perjuangan ini.

Depok, 11 Januari 2011