backpacker muslim |
Selalu
menjadi cerita tersendiri setiap kali bepergian ke negara yang mayoritas bukan
beragama Islam. Ternyata backpackeran di Seoul dan di Thailand memiliki cerita
yang berbeda meskipun sama-sama di negara yang mayoritas penduduknya bukan
beragama Islam. Pengalaman berkesan pertama bahkan sudah bisa dirasakan ketika
baru saja menginjakkan kaki di Bandara Incheon. Ketika itu saya mencari
mushola/praying room untuk
menjalankan ibadah sholat dzuhur dan ashar. Berdasarkan petunjuk-petunjuk arah
di bandara, kami menemukan petunjuk menuju praying
room, senang sekali rasanya. Setelah berkeliling akhirnya, sampai juga di
ruangan bertuliskan praying room.
Masuklah saya ke ruangan itu dan
ternyata di dalamnya masih ada room-room
di mana setiap room adalah tempat
ibadah untuk satu agama. Wahh… dalam hati saya, luar biasa Incheon bahkan
menyediakan praying room untuk
berbagai agama. Room pertama yang
saya lihat untuk agama Katholik, Budha, Hindhu, dan berjalan terus sampai mentok
kok ga ada tulisan Islam, mungkin nyempil di mana pikir saya. Ehh bertemulah
saya dengan petugas di dalam praying room
itu, karena melihat saya memakai jilbab tentu dia langsung tahu bahwa saya
muslim, dan dia langsung bilang “ Ohhh
there is no room for Moslem”.. Seketika saya langsung mengerutkan dahi
tanda tak percaya sambil menanyakan kembali “ Really?” dan si petugas itu meyakinkan kembali “ Yapp there is no room for Moslem”.. What a hell? Bandara sebagus Incheon
yang menyediakan praying room bahkan
untuk berbagai agama, tapi kenapa ga ada untuk muslim?. Hmmm saya berpikir
mungkin Islam belum dikenal di Korea atau bahkan tidak diakui? sepertinya tak
sekejam itu. Jadi ya, bagi yang ingin sholat mau tidak mau harus sholat sambil
duduk saja di tempat yang agak sepi. Akhirnya saya bergegas meninggalkan
Incheon menuju hostel di Itaewon dengan perasaan masih tak percaya.
Makanan Halal
Mencari
makanan halal juga menjadi cerita yang menarik. Pukul 20.00 saya sudah sampai
di Itaewon hostel, setelah meletakkan barang dan bersih-bersih diri, saya
bergegas untuk mencari makan. Tempat pertama yang ingin saya kunjungi adalah
seven-eleven (sevel), karena berdasarkan informasi yang sudah saya cari di
sevel menjual nasi putih cup seharga 1500an won, sengaja memang hanya mencari
nasi putih karena kita sudah membawa perbekalan lauk dari Indonesia. Baru
pertama kali mendarat di daerah yang belum kita kenal, agak kesulitan menemukan
sevel, dan malam itu suhu udara di luar sekitar 12 derajat celcius, bagi orang tropis
seperti saya sudah sangat dingin dan cukup untuk membuat tubuh menggigil.
Mencari ke sana ke mari, mencoba
bertanya pada orang tapi banyak yang kurang ngerti bahasa Ingris. Huhh.. tapi
kita tetap bertekad mencari sevel karena nantinya pasti kita juga akan butuh
untuk ke sevel. Mencoba masuk minimarket semacam alfamart, dan ternyata nihil
ga ada nasi putih, dari beberapa minimarket yang kita kunjungi pun ga menemukan
nasi putih. Akhirnya kami pun menemukan sevel di jalan yang udah beberapa kali
kita lewati cuma kita selalu belok ke kanan sedangkan sevelnya ada di sebelah
kiri. Namun, ternyata tak juga kami temukan nasi cup itu, huuhh give up kalo sudah begini ga kuat lagi
dengan dinginnya, kami pun memutuskan untuk mampir di salah satu restoran
muslim. Oya Itaewon itu adalah kawasan muslim di Seoul, di sana banyak sekali
bertebaran restoran-restoran halal, itu salah satu mengapa kita memilih mencari
hostel di kawasan Itaewon. Pas lihat daftar harganya Ohhh My God, nasi putih saja 5000 won atau sekitar 55.000 rupiah,
nasi briyani 8000 won, gilaaa nih bisa bangkrut kalo begini terus. Karena tidak
ada pilihan akhirnya kita membeli saja nasi putih 2 cup. Ya ampun ini makan
juga sambil bergumam dalam hati ga boleh ngebuang nasi ini, udah mahal mahal.
Porsi satu cup sebenarnya cukup untuk dimakan 2 orang, jadi kita sisakan 1 cup
lagi untuk makan besok pagi. Oya pas mampir di minimarket sebenarnya kita
melihat ada “indomie seleraku” tapi harganya berapa? 4000 won satu bungkusnya
atau 40.000 rupiah. Lain kali kalo ke Seoul jualan indomie aja apa??
Keesokan
harinya kami mencoba masuk lagi ke minimarket dan mencoba mencari cemilan
berlabel halal, dan o..o.. tak menemukan satupun makanan berlabel halal. Lain
halnya dengan ketika di Thailand, masih mudah untuk menemukan makanan berlabel
halal. Memang ini di Seoul, Islam belum banyak dikenal, dan pastinya belum
memiliki lembaga semacam MUI yang mengeluarkan label halal. Yasudah lah untuk
hari-hari selanjutnya apa daya kita tetap harus makan, yowes try it by saying Bismillahirrohmanirrohim meskipun
makanan yang kita makan tidak terjamin kehalalannya. Oya dari hasil survey
keluar masuk minimarket termasuk sevel ternyata nasi putih dijual lhoo di sana,
pas pertama cari ekspektasi saya akan ada di dalam freezer seperti yang saya temui di Thailand, pantesan aja ga pernah
nemu, ternyata ada di luar freezer dan diletakkan seperti halnya makanan ringan
biasa.
Tentang
makanan halal masih berlanjut sampai di acara conference, ketika lunch
dan gala dinner kita kecewa karena ternyata
tidak ada pemisahan antara makanan yang mengandung babi dan yang tidak.
Biasanya ada pemisah no pork dan with pork lahh ini ga ada. Yasudah
kembali lagi try it by saying
Bismillahirrohmanirrohim. Prinsipnya kalo makanan itu ga ada babi ya halal,
misal ayam, ikan, kentang goreng, padahal kan kita kan ga tahu cara masaknya
gimana, pake minyak apa, cara menyembelihnya bagaimana dll. Memang ga bisa perfectionis lagi di Korsel. Jadi untuk
yang mau pergi ke Korea, bawalah lauk pauk tahan lama seperti kentang balado
atau kering teri.
Masjid/ Tempat Ibadah
Seperti
yang saya ceritakan di awal bahwa bahkan di bandara semegah dan sebesar Incheon
saja ga ada praying room untuk muslim
padahal untuk agama lain ada. Selama di Seoul memang saya mengalami kesulitan
dalam menjalankan sholat. Kalo sudah kepepet paling sholat sambil duduk. Bahkan
pernah saya sholat di pinggir sungai buatan Cheonggyeocheon stream saking ga
ada tempat. Begitu juga ketika acara conference,
panitia juga tidak menyediakan ruangan untuk beribadah, ya mau ga mau sholat
sambil duduk.
Di
Itaewon sendiri ada masjid terbesar di Seoul namanya Masjid Itaewon.
Alhamdulillah saya sempat mengunjungi di malam terakhir di Seoul. Letaknya agak
masuk ke dalam, dan jalannya sedikit menanjak jadi cukup melelahkan. Untung
waktu itu saya bertemu dengan pemilik restoran tempat saya beli nasi putih, dan
beliau juga mau ke masjid jadi ya kita bareng beliau. Masjid Itaewon ternyata
tidak buka 24 jam, pukul 21.00an malam masjid bahkan sudah ditutup. Beruntung
ketika ke sana saya bertemu satpam Masjid, beliau orang Korea asli tapi
beragama Islam, dan beliau langsung menebak kami orang Indonesia. Beliau
mengijinkan kami masuk dan bilang bahwa Muadzin dan Imam di sana juga dari
Indonesia dan beliau pun panggilkan salah satu muadzin dari Indonesia.
Alhamdulilah berkat beliau kita bisa masuk dan sholat di masjid Itaewon.
Tentang Jilbab
Satu lagi yang unik di Seoul, tentang jilbab
yang saya kenakan. Jika melihat bule-bule berseliweran mungkin sudah sangat
biasa, tapi melihat wanita berjilbab dengan pakaian tertutup dari ujung kaki
sampai ujung kepala itu justru aneh. Tak heran jika saya dan teman-teman
seringkali menjadi pusat perhatian saat jalan-jalan. Tak sekali dua kali saja
saya merasa dilihat dari ujung kaki sampai ujung kepala, kesannya kaya orang
aneh aja. Bahkan saking terkagumnya mereka dengan ‘keanehan’ ini, beberapa
orang memberanikan diri untuk menanyakan ke saya tentang jilbab, dan yang lebih
luar biasa bahkan ada yang sampai minta foto bareng, hahahaha…
Itulah
beberapa hal yang bisa saya share terkait backpacker muslim di Korea. Semoga
bermanfaat.
Nice info Machiii,,,
BalasHapusCukup informatif buat rekan rekan yg hendak berkunjung kesana, semoga mereka lebih prepare lagi :) | Nah itu "warung" yg jual nasi cup itu disebelah mana ya letaknya,, gehehe
nasi cup bisa dibeli di resto2 halal, resto orang2 timur tengah gitu.. Banyak di daerah Itaewon. Atau beli di seven eleven lbh murah.. :) Makasih kak sudah berkunjung ke blog saya
HapusMba,,jadi pengen jalan2 ke korsel juga deh, bisa di infokan lengkap kah, detail persiapannnya juga
BalasHapus