Jumat, 22 Agustus 2014

MENJADI BACKPACKER MUSLIM DI SEOUL


backpacker muslim

Selalu menjadi cerita tersendiri setiap kali bepergian ke negara yang mayoritas bukan beragama Islam. Ternyata backpackeran di Seoul dan di Thailand memiliki cerita yang berbeda meskipun sama-sama di negara yang mayoritas penduduknya bukan beragama Islam. Pengalaman berkesan pertama bahkan sudah bisa dirasakan ketika baru saja menginjakkan kaki di Bandara Incheon. Ketika itu saya mencari mushola/praying room untuk menjalankan ibadah sholat dzuhur dan ashar. Berdasarkan petunjuk-petunjuk arah di bandara, kami menemukan petunjuk menuju praying room, senang sekali rasanya. Setelah berkeliling akhirnya, sampai juga di ruangan bertuliskan praying room. Masuklah saya  ke ruangan itu dan ternyata di dalamnya masih ada room-room di mana setiap room adalah tempat ibadah untuk satu agama. Wahh… dalam hati saya, luar biasa Incheon bahkan menyediakan praying room untuk berbagai agama. Room pertama yang saya lihat untuk agama Katholik, Budha, Hindhu, dan berjalan terus sampai mentok kok ga ada tulisan Islam, mungkin nyempil di mana pikir saya. Ehh bertemulah saya dengan petugas di dalam praying room itu, karena melihat saya memakai jilbab tentu dia langsung tahu bahwa saya muslim, dan dia langsung bilang “ Ohhh there is no room for Moslem”.. Seketika saya langsung mengerutkan dahi tanda tak percaya sambil menanyakan kembali “ Really?” dan si petugas itu meyakinkan kembali “ Yapp there is no room for Moslem”.. What a hell? Bandara sebagus Incheon yang menyediakan praying room bahkan untuk berbagai agama, tapi kenapa ga ada untuk muslim?. Hmmm saya berpikir mungkin Islam belum dikenal di Korea atau bahkan tidak diakui? sepertinya tak sekejam itu. Jadi ya, bagi yang ingin sholat mau tidak mau harus sholat sambil duduk saja di tempat yang agak sepi. Akhirnya saya bergegas meninggalkan Incheon menuju hostel di Itaewon dengan perasaan masih tak percaya.
 
Makanan Halal
Mencari makanan halal juga menjadi cerita yang menarik. Pukul 20.00 saya sudah sampai di Itaewon hostel, setelah meletakkan barang dan bersih-bersih diri, saya bergegas untuk mencari makan. Tempat pertama yang ingin saya kunjungi adalah seven-eleven (sevel), karena berdasarkan informasi yang sudah saya cari di sevel menjual nasi putih cup seharga 1500an won, sengaja memang hanya mencari nasi putih karena kita sudah membawa perbekalan lauk dari Indonesia. Baru pertama kali mendarat di daerah yang belum kita kenal, agak kesulitan menemukan sevel, dan malam itu suhu udara di luar sekitar 12 derajat celcius, bagi orang tropis seperti saya sudah sangat dingin dan cukup untuk membuat tubuh menggigil. Mencari ke sana  ke mari, mencoba bertanya pada orang tapi banyak yang kurang ngerti bahasa Ingris. Huhh.. tapi kita tetap bertekad mencari sevel karena nantinya pasti kita juga akan butuh untuk ke sevel. Mencoba masuk minimarket semacam alfamart, dan ternyata nihil ga ada nasi putih, dari beberapa minimarket yang kita kunjungi pun ga menemukan nasi putih. Akhirnya kami pun menemukan sevel di jalan yang udah beberapa kali kita lewati cuma kita selalu belok ke kanan sedangkan sevelnya ada di sebelah kiri. Namun, ternyata tak juga kami temukan nasi cup itu, huuhh give up kalo sudah begini ga kuat lagi dengan dinginnya, kami pun memutuskan untuk mampir di salah satu restoran muslim. Oya Itaewon itu adalah kawasan muslim di Seoul, di sana banyak sekali bertebaran restoran-restoran halal, itu salah satu mengapa kita memilih mencari hostel di kawasan Itaewon. Pas lihat daftar harganya Ohhh My God, nasi putih saja 5000 won atau sekitar 55.000 rupiah, nasi briyani 8000 won, gilaaa nih bisa bangkrut kalo begini terus. Karena tidak ada pilihan akhirnya kita membeli saja nasi putih 2 cup. Ya ampun ini makan juga sambil bergumam dalam hati ga boleh ngebuang nasi ini, udah mahal mahal. Porsi satu cup sebenarnya cukup untuk dimakan 2 orang, jadi kita sisakan 1 cup lagi untuk makan besok pagi. Oya pas mampir di minimarket sebenarnya kita melihat ada “indomie seleraku” tapi harganya berapa? 4000 won satu bungkusnya atau 40.000 rupiah. Lain kali kalo ke Seoul jualan indomie aja apa??
Keesokan harinya kami mencoba masuk lagi ke minimarket dan mencoba mencari cemilan berlabel halal, dan o..o.. tak menemukan satupun makanan berlabel halal. Lain halnya dengan ketika di Thailand, masih mudah untuk menemukan makanan berlabel halal. Memang ini di Seoul, Islam belum banyak dikenal, dan pastinya belum memiliki lembaga semacam MUI yang mengeluarkan label halal. Yasudah lah untuk hari-hari selanjutnya apa daya kita tetap harus makan, yowes try it by saying Bismillahirrohmanirrohim meskipun makanan yang kita makan tidak terjamin kehalalannya. Oya dari hasil survey keluar masuk minimarket termasuk sevel ternyata nasi putih dijual lhoo di sana, pas pertama cari ekspektasi saya akan ada di dalam freezer seperti yang saya temui di Thailand, pantesan aja ga pernah nemu, ternyata ada di luar freezer dan diletakkan seperti halnya makanan ringan biasa.
Tentang makanan halal masih berlanjut sampai di acara conference, ketika lunch dan gala dinner kita kecewa karena ternyata tidak ada pemisahan antara makanan yang mengandung babi dan yang tidak. Biasanya ada pemisah no pork dan with pork lahh ini ga ada. Yasudah kembali lagi try it by saying Bismillahirrohmanirrohim. Prinsipnya kalo makanan itu ga ada babi ya halal, misal ayam, ikan, kentang goreng, padahal kan kita kan ga tahu cara masaknya gimana, pake minyak apa, cara menyembelihnya bagaimana dll. Memang ga bisa perfectionis lagi di Korsel. Jadi untuk yang mau pergi ke Korea, bawalah lauk pauk tahan lama seperti kentang balado atau kering teri.

Masjid/ Tempat Ibadah
Seperti yang saya ceritakan di awal bahwa bahkan di bandara semegah dan sebesar Incheon saja ga ada praying room untuk muslim padahal untuk agama lain ada. Selama di Seoul memang saya mengalami kesulitan dalam menjalankan sholat. Kalo sudah kepepet paling sholat sambil duduk. Bahkan pernah saya sholat di pinggir sungai buatan Cheonggyeocheon stream saking ga ada tempat. Begitu juga ketika acara conference, panitia juga tidak menyediakan ruangan untuk beribadah, ya mau ga mau sholat sambil duduk.
Di Itaewon sendiri ada masjid terbesar di Seoul namanya Masjid Itaewon. Alhamdulillah saya sempat mengunjungi di malam terakhir di Seoul. Letaknya agak masuk ke dalam, dan jalannya sedikit menanjak jadi cukup melelahkan. Untung waktu itu saya bertemu dengan pemilik restoran tempat saya beli nasi putih, dan beliau juga mau ke masjid jadi ya kita bareng beliau. Masjid Itaewon ternyata tidak buka 24 jam, pukul 21.00an malam masjid bahkan sudah ditutup. Beruntung ketika ke sana saya bertemu satpam Masjid, beliau orang Korea asli tapi beragama Islam, dan beliau langsung menebak kami orang Indonesia. Beliau mengijinkan kami masuk dan bilang bahwa Muadzin dan Imam di sana juga dari Indonesia dan beliau pun panggilkan salah satu muadzin dari Indonesia. Alhamdulilah berkat beliau kita bisa masuk dan sholat di masjid Itaewon.
Tentang Jilbab
 Satu lagi yang unik di Seoul, tentang jilbab yang saya kenakan. Jika melihat bule-bule berseliweran mungkin sudah sangat biasa, tapi melihat wanita berjilbab dengan pakaian tertutup dari ujung kaki sampai ujung kepala itu justru aneh. Tak heran jika saya dan teman-teman seringkali menjadi pusat perhatian saat jalan-jalan. Tak sekali dua kali saja saya merasa dilihat dari ujung kaki sampai ujung kepala, kesannya kaya orang aneh aja. Bahkan saking terkagumnya mereka dengan ‘keanehan’ ini, beberapa orang memberanikan diri untuk menanyakan ke saya tentang jilbab, dan yang lebih luar biasa bahkan ada yang sampai minta foto bareng, hahahaha…
Itulah beberapa hal yang bisa saya share terkait backpacker muslim di Korea. Semoga bermanfaat.

3 komentar:

  1. Nice info Machiii,,,
    Cukup informatif buat rekan rekan yg hendak berkunjung kesana, semoga mereka lebih prepare lagi :) | Nah itu "warung" yg jual nasi cup itu disebelah mana ya letaknya,, gehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. nasi cup bisa dibeli di resto2 halal, resto orang2 timur tengah gitu.. Banyak di daerah Itaewon. Atau beli di seven eleven lbh murah.. :) Makasih kak sudah berkunjung ke blog saya

      Hapus
  2. Mba,,jadi pengen jalan2 ke korsel juga deh, bisa di infokan lengkap kah, detail persiapannnya juga

    BalasHapus