Kamis, 13 Mei 2010

MENJADI ORANG YANG SELALU BERUNTUNG

Pernahkah Anda merasa menjadi orang yang sangat beruntung di dunia ini?? Mungkin Anda merasakan keberuntungan ketika Anda berhasil memenangkan lotre, atau berhasil menyabet medali dalam kejuaraan lari nasional, atau mungkin ketika Anda mendapatkan pendamping hidup yang bagus secara ragawi, sholeh/sholehah, kaya, cerdas dan rendah hati. Tahukah anda, sebenarnya Anda bisa merasa menjadi orang yang selalu beruntung di setiap saat, kapanpun dan dimanapun Anda berada.

Berbicara masalah keberuntungan, kita harus tahu apa itu keberuntungan. Keberuntungan hanyalah sebuah persepsi pribadi yang tentunya akan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Persepsi itu berkaitan erat dengan cara pandang kita akan sebuah masalah. Bagi orang yang cenderung merasa dirinya beruntung akan mencoba memandang suatu permasalahan dari sudut positif.

 Penelitian telah membuktikan tentang keberuntungan pada para peraih medali Olimpiade Atletik seperti lari marathon. Manakah yang paling membuat kita merasa bahagia dan beruntung? Saat meraih medali emas, perak atau perunggu? Pasti sebagian orang akan menjawab “Tentu saja medali emas, dengan begitu semua orang tahu kehebatan kita”. Berpikir secara pragmatik kadang membuat kita cenderung berorientasi pada hasil bukan pada proses meraih hasil yang memuaskan. Menurut penelitian orang yang berhasil menyabet medali perunggu justru akan merasa lebih beruntung ketimbang yang mendapatkan medali perak. Mengapa? Mereka yang mendapatkan perunggu justru merasa lebih beruntung karena dia tidak bisa membayangkan jika dia melakukan kesalahan sedikit saja pasti dia tidak akan merasakan bangganya berdiri di atas podium kemenangan , sedangkan bagi mereka yang mendapatkan perak justru berpikir “ Coba aku tadi berjuang lebih keras sedikit,uhhmmm pasti aku akan dapat emas”, sehingga dia relatif kurang puas dan beruntung akan hasil yang dicapai.

Seperti yang sudah saya ungkapkan di awal bahwa sebenarnya Anda bisa menjadi orang yang selalu merasa beruntung kapanpun dan di manapun Anda berada. Ya, karena keberuntungan itu bisa dipelajari. Hal ini dikemukakan oleh Profesor Richard Wiseman, seorang psikolog dari University of Hertfordshire, dalam penelitiannya tentang keberuntungan. Lalu bagaimana caranya agar kita selalu merasa menjadi orang yang beruntung?

Penelitian Prof. Wiseman menunjukkan bahwa orang yang beruntung menggunakan counter factual thingking untuk meredam dampak dari kejadian buruk yang menimpanya. Counter factual thingking adalah kemampuan berimajinasi untuk membayangkan kejadian lain yang mungkin terjadi sebagai kejadian alternatif kejadian sesungguhnya yang kita alami. Untuk memahami istilah ini, perhatikan contoh mudah yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang terjatuh dari sepeda motor di jalan dengan keadaan licin karena baru saja diguyur hujan dan menyebabkan kakinya bengkak, bagi mereka yang cenderung merasa beruntung pasti akan berpikir “Untung Cuma kakinya yang luka, coba kalau kepalanya” sedangkan bagi mereka yang menghujat dirinya selalu sial akan berpikir “Coba tadi aku tidak keluar sewaktu hujan, pasti tidak akan terjadi hal seperti ini”. Counter factual thingking mampu membuat orang yang mengalami masalah menjadi lebih tenang dan bersikap positif. Selain itu, orang yang merasa beruntung akan cenderung memikirkan hal-hal yang lebih buruk dari apa yang dia alami sekarang, jadi hal itu juga akan melatih kita untuk senantiasa bersyukur. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan agar kita selalu merasa menjadi orang yang beruntung adalah dengan menerapkan metode counter factual thingking ketika mengalami kejadian atau peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan kita.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prof. Wiseman juga dijelaskan untuk menjadi orang yang selalu merasa beruntung adalah dengan membuat ramalan yang terpenuhi sendiri atau self fulfilling prophesis. Ketika kita mendapat masalah biasanya ada pikiran emosional yang mendramatisasi masalah itu menjadi sangat besar. Parahnya, mungkin kita akan berpikir kita akan tewas hanya karena masalah itu. Hal itu akan membuat kita panik dan semua ramalan yang kita buat sendiri akan terbukti. Ramalan itu terbukti sebenarnya bukan karena kebenarannya, namun karena sikap panik kita yang mendukung terbuktinya ramalan itu. Yang harus kita lakukan adalah menggunakan pikiran positif untuk membuat ramalan atas masalah yang kita hadapi. Misalnya dengan mengatakan “Masalah ini untuk peristiwa ini saja, bukan untuk peristiwa lain. Masalah ini hanya karena ketidaktahuanku saja. Masalah ini tidak akan membuatku mati.”

Apakah Anda sering merasa tersekap dalam sebuah masalah? Saya yakin kita pasti pernah merasakannya. Untuk keluar dari sekapan masalah itu kita harus berpikir secara baru dan bersikap selalu ada peluang dari apa yang Anda anggap menyekap. Percayalah peluang selalu ada, dalam keadaan sulit sekalipun. Seperti kisah Nabi Yusuf a.s yang pernah dijebloskan ke sumur gelap dan dalam, di tengah padang pasir yang tak ada satupun orang bakal melewatinya, ternyata ditolong oleh kafilah yang tengah tersesat. Nasib “sial” Nabi Yusuf ini, justru menjadi awal dari karirnya yang kelak menjadi menteri kesejahteraan di Mesir. Point yang bisa kita ambil dari cerita itu adalah selalu ada peluang bila kita menciptakannya. Orang yang paling beruntung selalu dapat menciptakan peluang dari setiap hal dalam hidupnya, dalam keadaan sesulit apapun. Jangan pernah menganggap diri Anda sebagai orang “sial”, katakanlah pada diri Anda bahwa Anda adalah orang yang selalu beruntung. Setiap detik waktu adalah sebuah peluang, dan orang yang beruntung selalu dapat menciptakan peluang dalam situasi apapun. Jalani hidup dengan semangat baru ketika Anda bangun pagi dengan mengatakan “Terima kasih Tuhan telah memberikanku nafas sampai detik ini. Yeachh...aku adalah orang yang beruntung, dan setiap hal yang aku lakukan harus membawa keberuntungan bagiku.” Mari kita jadikan diri kita orang yang selalu beruntung!!!

Depok, 13 Mei 2010

REFERENSI :
Awwab, Qomaruzzaman. 2008. Istikharah for Muslimah: Menentukan Pilihan yang Tepat. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar