Minggu, 20 April 2014

ROAD TO KOREA (part 2) - Tentang Memperjuangkan Mimpi -



Gambar diambil dari make it happen

Mungkin ketika orang melihat foto-foto ketika di Korea banyak yang bilang “wahh senangnya bisa jalan-jalan ke Korea, dsb… “ Yapp, senang memang apalagi bisa sampai sana dengan perjuangan dan kenekatan, terasa lebih manis dan berkesan tentunya. Untuk orang biasa seperti saya, yang tidak punya banyak uang bisa sampai Korea merupakan kebanggaan tersendiri. Terkadang saya berpikir bahwa kerennya mahasiswa yang bisa jalan-jalan sambil konferensi di luar negeri adalah kenekatan dan perjuangannya bisa sampai sana. Untuk bisa konferensi sambil jalan-jalan butuh uang yang gede, untuk bisa masuk ke konferensi saja registrasinya 400 USD sendiri sekalipun kita salah satu presenter di sana dan biaya itu pure untuk konferensi saja ya, tidak termasuk akomodasi (tiket, hotel, transport, makan dll). 

Masalah finansial tentu saja menjadi masalah yang cukup rumit bagi saya. Biaya yang dikeluarkan untuk ke korea minimal sekali saya harus punya uang 8 juta, syukur Alhamdulillah karena saya mendapat scholarship sehingga biaya registrasi conference gratis. Waktu itu saya ada uang di tabungan hanya sekitar 6 juta pun itu belum untuk biaya hidup selama sebulan di Depok. Sedikit ada keraguan untuk berangkat kala itu, tapi saya tidak mau menyerah begitu saja, saya akan mengusahakan semaksimal mungkin, InsyaAlloh ada jalan jika kita mau mengusahakan. Setidaknya ketika kita mengusahakan akan ada dua pilihan sukses atau gagal, jika kita hanya berdiam diri kita cuma punya satu pilihan gagal. Sejak saat itu tidur saya menjadi tidak nyenyak, karena harus mengurus banyak hal. Tiket, cari sponsor, itinerary, mempersiapkan presentasi dll. Dengan waktu yang tersisa hanya sebulan, saya harus bergerak cepat.

Sabtu, 19 April 2014

ROAD TO KOREA (part 1)


gambar diambil dari road nowhere

Mungkin banyak orang yang gila sekali dengan hal-hal yang berbau Korea. Mulai dari K-POP, drama, budaya, bahasa, dan tentu saja artis korea yang bening-bening. Tak heran jika beberapa teman kayaknya pada pengen banget tuh ke Korea. Malah ada juga yang bikin tabungan tiap bulan dengan konsep arisan jadi tiap bulan semua orang harus berkomitmen untuk menabung minimal berapa rupiah gitu, saking niatnya. Saya sendiri ga terlalu pengen-pengen amat ke sana, tapi ya kalo dikasih kesempatan ga nolak (hehe…). 

Tahun ini memang aku ingin bisa ke luar negeri lagi, mengunjungi Negara yang belum pernah aku jajah. Aku juga ada janji yang belum terpenuhi yaitu mempresentasikan penelitian skripsi di ajang konferensi International. Waktu itu bossku lagi ke Jerman untuk konferensi, yapp jadi banyak waktu kosong. Akhirnya searching-searching info konferensi yang kira-kira cocok untuk penelitian skripsiku. Dan ketemulah konferensi global health di Sri Lanka dengan deadline 14 Februari. Setelah abstrak jadi sesuai dengan format yang diminta, tanggal 12 Februari aku kirimlah tuhh abstrak. Iseng-iseng cari di mbah google dan dapatlah info konferensi “Asia Pasific Conference on Public Health (APCPH)” di Korea ini. Hmmm… mata langsung terbelalak liat ada scholarship yang ditawarkan untuk sekitar 50 peserta dengan kategori awards A, B, sampai C. Award A akan mendapat uang 300 USD, free biaya konferensi, dan akomodasi 2 malam ditanggung. Award B mendapat free biaya konferensi, dan akomodasi 2 malam, sedangkan award C hnaya mendapat free biaya konferensi. Hmm… lumayan. Iseng daftar ahh mumpung masih ada waktu dua hari sebelum deadline.

Dua minggu setelah submit abstrak konferensi “Global Health” Sri Lanka, hasil pun diumumkan dan benar saja aku lolos untuk mempresentasikan secara oral. Dalam hati ga terlalu seneng, biasa aja habis biaya konferensinya lumayan mahal 400 USD dan belom transport dan akomodasi di sana, ditambah pula agak ragu juga kalo misal harus melancong sendiri ke Sri Lanka. Saya masih menganggap orang-orang kulit hitam kaya India itu menyeramkan termasuk Sri Lanka (rasis sekali saya, maaf bukan bermaksud..). Masalah finansial tentu saja menjadi masalah paling rumit ketika akan mengunjungi konferensi, apalagi dengan status yang bukan lagi mahasiswa. Hmmm… karena jarak pengumuman dengan penyelenggaraan konferens masih lama, akhirnya saya memutuskan untuk menunggu pengumuman APCPH saja. Tanggal 28 Februari saya menerima dua email dari panitia APCPH, email pertama tentang Notification Abstract dan email yang kedua tentang Result Scholarship. Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh saya diterima untuk oral presentation dan sekaligus mendapat scholarship award B yaitu bebas dari biaya konferens sebesar 400 USD dan mendapat akomodasi hotel 3 hari 2 malam. Dengan dapatnya beasiswa itu saya jadi bersemangat dan bertekad untuk menghadiri konferensi tersebut. Dengan waktu hanya satu bulan saya harus mempersiapkan semuanya, dana, urusan visa, tiket dan sebagainya, waktu yang sangat singkat. (To be continue..)