Gambar diambil dari make it happen |
Mungkin
ketika orang melihat foto-foto ketika di Korea banyak yang bilang “wahh senangnya
bisa jalan-jalan ke Korea, dsb… “ Yapp, senang memang apalagi bisa sampai sana
dengan perjuangan dan kenekatan, terasa lebih manis dan berkesan tentunya. Untuk
orang biasa seperti saya, yang tidak punya banyak uang bisa sampai Korea
merupakan kebanggaan tersendiri. Terkadang saya berpikir bahwa kerennya
mahasiswa yang bisa jalan-jalan sambil konferensi di luar negeri adalah kenekatan
dan perjuangannya bisa sampai sana. Untuk bisa konferensi sambil jalan-jalan
butuh uang yang gede, untuk bisa masuk ke konferensi saja registrasinya 400 USD
sendiri sekalipun kita salah satu presenter di sana dan biaya itu pure untuk konferensi saja ya, tidak
termasuk akomodasi (tiket, hotel, transport, makan dll).
Masalah
finansial tentu saja menjadi masalah yang cukup rumit bagi saya. Biaya yang
dikeluarkan untuk ke korea minimal sekali saya harus punya uang 8 juta, syukur Alhamdulillah
karena saya mendapat scholarship
sehingga biaya registrasi conference
gratis. Waktu itu saya ada uang di tabungan hanya sekitar 6 juta pun itu belum
untuk biaya hidup selama sebulan di Depok. Sedikit ada keraguan untuk berangkat
kala itu, tapi saya tidak mau menyerah begitu saja, saya akan mengusahakan
semaksimal mungkin, InsyaAlloh ada jalan jika kita mau mengusahakan. Setidaknya
ketika kita mengusahakan akan ada dua pilihan sukses atau gagal, jika kita
hanya berdiam diri kita cuma punya satu pilihan gagal. Sejak saat itu tidur
saya menjadi tidak nyenyak, karena harus mengurus banyak hal. Tiket, cari
sponsor, itinerary, mempersiapkan presentasi dll. Dengan waktu yang tersisa
hanya sebulan, saya harus bergerak cepat.
Cari sponsor
Untuk
menyelesaikan masalah finansial, saya harus mencari sponsor, meskipun sangat
tidak yakin karena waktu yang tersisa tinggal sebulan. Tapi tetap mengusahakan semua
pintu, karena kita tidak akan pernah tahu pintu mana yang akan terbuka untuk
kita. Saya mulai memutar otak, kemana saya harus mencari sponsor dengan waktu
singkat tapi efektif dan dapat dana. Dari pengalaman sebelumnya ketika mencari
sponsor untuk keberangkatan ke Jepang yang bahkan kita masih punya waktu
sekitar 3 bulan saja susah sekali apalagi ini hanya satu bulan. Bahkan dulu sudah
keluar banyak uang untuk cetak proposal, tapi hasilnya nihil. Berbagai perusahaan
besar sudah dicoba tapi ga ada hasil, dan justru malah dapat dana meskipun
tidak besar dari Pemda Madiun. Dari situ saya pikir bahwa mungkin lebih baik
saya banting stir untuk cari dana ke daerah asal saya saja yaitu Kebumen. Yapp saya
mencoba peruntungan ke Bupati, Dikpora (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga),
dan Toserba Jadi Baru. Kebetulan kakak saya sedang main ke Depok jadi saya bisa
sekalian nitip proposal untuk disebarkan di Kebumen. Terimakasih banyak untuk
kakak-kakak saya yang mau direpotkan. You
always support me with your action. Tak pula saya mencoba peruntungan ke Komnas
Perlindungan Tembakau mengingat penelitian saya berkaitan erat dengan
pengendalian tembakau.
Kalau
dulu saya mencari sponsor sebagai mahasiswa UI, sekarang saya justru bingung
atas nama apa? Karena saya freshgraduate yang kerjanya saja masih freelance ibaratnya. Tidak mungkin
sekali saya mengatasnamakan diri di bawah RS Kanker Dharmais, tohh memang saya
bukan pegawai Dharmais. Setelah googling
akhirnya menemukan secercah harapan lewat pengalaman salah satu inspirator saya
bli I Made Andi, beliau sharing surat
permohonan dana secara pribadi ke Kedubes. Yapp, mau tidak mau saya memang
harus mengatasnamakan diri sendiri/pribadi, meskipun sebenarnya ada keraguan. Bismillah
saja.
Proposal
sudah disebar kata kakak saya, dan benar saja ketika memberikan proposal ke
Bupati melalui Pemda (pemerintah daerah) mereka menanyakan nomor surat yang
artinya menanyakan asal usul surat. Sedangkan surat saya hanya surat pribadi
yang seolah seperti surat curhatan ke Bupati. Dari situ saya merasa agak
pesimis akan dapat dana dari Bupati, karena sejujurnya saya tidak yakin surat
itu akan benar sampai ke tangan Bupati. Sama halnya yang terjadi dengan
proposal ke Dikpora. Hanya proposal ke Toserba Jadi Baru saja yang mendapat
sambutan yang baik. Dan memang untuk Toserba Jadi Baru ini saya yakin proposal
akan tembus dan dapat dana.
Dua minggu
setelah proposal disebar baru dapat kabar dari Toserba Jadi Baru dan Alhamdulillah
tembus 1 juta, sedangkan proposal ke Bupati dan Dikpora masih menunggu. Proposal
untuk Komnas Pengendalian Tembakau gagal meskipun mereka menolak dengan cara
yang halus mereka meminta saya untuk membuat project dari hasil riset saya. Jujur, saat itu saya sudah cukup
stress mengurus keberangkatan ini jadi sorry
to say saya harus give up. Seminggu
kemudian ada kabar dari Pemda bahwa proposal saya berhasil mendapatkan dana,
tapi harus datang langsung ke Pemda untuk mengambil. Rasanya kalo saya harus
mengambil dana ke Kebumen akan sangat menguras uang dan tidak efektif karena
waktu sebelum keberangkatan tinggal 10 hari dan masih banyak yang harus diurus.
Baiklah saya harus membuat surat kuasa untuk kakak saya agar bisa mengambil
uang tersebut, saya cuma mikir dicoba dulu nanti kalo tidak bisa baru pulang. Alhamdulillah
bisa dan dapat 1 juta. Jadi total uang yang saya dapatkan dari sponsor adalah 2
juta. Masih sangat kurang memang untuk bisa sampai Korea. Dari awal memang saya
sudah tahu kalo saya pasti akan mengeluarkan uang dari kocek sendiri. Ya setidaknya
ini usaha maksimal yang bisa saya lakukan untuk mengurangi biaya dengan waktu
yang sangat singkat. Sisanya memang harus merogoh kocek sendiri.
Berburu Tiket
Berburu
tiket tak semudah yang dibayangkan lho.. Dan ini adalah salah satu yang bikin
stress selain cari sponsor. Mungkin tak akan seribet ini kalo punya banyak
duit, pasalnya saya ingin cari penerbangan termurah. Yapp, setelah mencoba searching-searching akhirnya dapat best fare 5.5 juta via Singapore dan Vietnam
dengan maskapai Jetstar untuk PP Jakarta – Spore dan Vietnam Airlines untuk PP
Spore – Vietnam- Seoul. Karena maskapai yang akan kita naiki adalah maskapai
luar maka tidak ada cara lain untuk membayar kecuali dengan kredit card atau
bayar langsung ke bank. Tapi berhubung bank yang tersedia tidak ada di
Indonesia, jadi tidak ada pilihan kecuali bayar pake kredit card. Dan yappp.. this is the problem. Di antara kita
berdua (saya dan teman dari UMJ) tidak ada yang punya kredit card. Pertama berjalan
mulus karena aku punya teman kuliah yang punya kredit card, dan Alhamdulillah dia
mau minjemin (baik banget sumpah). Tapi ternyata kredit cardnya kena limit jadi hanya berhasil bayar untuk
maskapai jetstar saja sedangkan untuk Vietnam airlines yang justru paling
penting malah ga bisa. Yapp, yang ini benar-benar bikin stress. Coba hubungi
temanku yang lain, dan Alhamdulillah mau minjemin tapi sayang pas coba bayar
gagal karena ada secure code dan
temenku belom ngurus. Ya Alloh… Dua malam tidur ga nyenyak, hidup ga tenang. Harus
punya rasa tidak tahu malu kalo sudah begini. Nanya sana- sini. Ga semua orang
yang punya kredit card pun mau lhoo minjemin. Coba ke travel tour tapi ternyata
meskipun dapat maskapai yang sama tapi kena harganya jauh lebih tinggi. Hopeless saat itu dan hampir give up, karena kalo saya tidak dapat
tiket itu rasanya akan sangat sulit untuk bisa berangkat dengan harga tiket
yang mahal. Benar-benar sudah dalam kepasrahan saat itu. Akhirnya teringat
seorang teman, Fachri namanya. Entah darimana tiba-tiba teringat dia. Dengan rasa
tidak tahu malu juga nyoba nanya dia, kali aja bisa bantu. Dan Alhamdulillah
pertolongan Alloh datang melalui dia setelah dua malam mata bengkak karena
tidur tidak nyenyak. Sebenarnya bukan kartu credit dia tapi punya temennya,
syukur Alhamdulillah ada orang sebaik dia. Akhirnya berhasil booking tiket juga. Satu masalah lagi
akan muncul yaitu karena kita memakai kartu credit orang lain, kita wajib
verifikasi pas check-in. Sebenarnya seorang
teman yang hobi traveling bilang tidak akan ada verifikasi pas check-in, tapi tetap saja kan harus
antisipasi. Jangan sampai sudah di bandara dan gagal berangkat karena ga lolos check-in. Untung ada kantor perwakilan Vietnam
airlines di Jakarta, jadi kita mengurus langsung ke sana. Alhamdulillah setelah
kita melakukan yang terbaik dari apa yang bisa kita lakukan, kita sudah push ourself to the limit, hingga berada
pada titik kepasrahan, pertolongan Alloh datang.
Jika
orang berpikir saya ke Korea dengan mudahnya, No.. saya memperjuangkannya. Ketika
orang berpikir saya ke Korea karena dapat dari kantor. No.. saya ke Korea
karena kepentingan saya sendiri dan kantor atau boss saya sama sekali tidak memberi
dukungan dana. Tapi saya puas dan senang karena semua terasa lebih manis setelah
lelahnya berjuang. Kenekatan dan dukungan dari keluarga serta teman-teman
terdekat membuat saya bisa mewujudkannya. Thanks
to everyone who support and help me to make it happen. May Alloh make easier
for everything you do and everything you want.
Buat Blogger asli Kebumen Beriman, Mohon dukungan dan partisipasinya dengan bergabung di Komunitas Blogger Kebumen Klik Disini
BalasHapusSAYA Samijo KLIRONG
Good Job!! *kasih jempol myang banyak*
BalasHapusselamat mbak, telah mewujudkan mimpi untuk bisa keluar negeri
BalasHapusIya makasih Anis..
Hapusselamat ya mbak perjuangan nya gk sia"
BalasHapusmakasih udah sharing kak, bermanfaat sekali. sungguh memberi semangat, karena saya juga sekarang sedang mencoba memperjuangkan seminar di Korea. mohon doanya semoga berhasil juga ya kak
BalasHapus