Ketika seseorang mendengar kata “guru”, banyak orang terbayang
dengan sosok yang menyeramkan yang datang dengan buku bertumpuk-tumpuk, dan
siap menjejalkan pelajaran seperti mereka menjejalkan pil/obat pada anak kecil.
Ya, itu sosok guru yang dikenal jaman dulu, dan pertanyaannya haruskah guru
dipandang demikian? Teman-teman calon pendidik anak bangsa, sudah saatnya kita
mengubah definisi guru yang sudah terlanjur mendarah daging. Sebagai calon
pendidik kita harus mengetahui teaching mindset. What is it? Guru yang
sebenarnya bukanlah sekedar mengajarkan Matematika, Kimia, Fisika dan
lain-lain. ada yang harus kita ubah panndangan kita mengenai guru“The best
teacher teach from heart, not from book” Mengajar memerlukan hati, dimana
suasana hati kita ketika mengajar akan sangat berpengaruh terhadap apa yang
kita ajarkan. Suatu penelitian pernah membuktikan bahwa keefektifan belajar
ditentukan oleh 90% faktor psikologis dan sosial, 10%nya ditentukan oleh faktor
teknologis. Dan sebagai seorang fasilitator belajar kita harus bisa
memanfaatkan proporsi yang 90% itu. Bagaimana caranya? Cuma ada satu cara yaitu
membuat suasana belajar yang asyik. Suasana belajar yang asyik datang dari
bagaimana sikap dan suasana hati si pendidik. Seperti sebuah pepatah dari I
Gede Raka, Guru Besar ITB “Seseorang tidak bisa menyalakan lilin orang lain
dengan lilin yang padam”. Artinya apa? Untuk menciptakan suasana yang semangat
,seorang guru juga harus lebih semangat. Jika ingin membuat suasana yang penuh
keceriaan, maka seorang guru juga harus lebih ceria.
Seperti yang saya katakan di depan, bahwa
seorang guru tidak hanya mengajarkan mata ajaran seperti Matematika, Fisika,
Kimia, Bahasa dan lain-lain, tetapi lebih dari itu.
Seseorang tidak bisa mengajarkan apa yang dia
mau
Seseorang tidak bisa mengajarkan apa yang dia
tahu
Dia hanya bisa mengajarkan siapa dia
(Bung Karno dalam Buku “Bendera di Bawah
Revolusi”)
Dalam penggalan artikel itu tersirat makna
bahwa sebenarnya menjadi seorang guru bukanlah seseorang yang hanya bertugas
mengajarkan apa yang dia mau, dan dia tahu namun lebih mengajarkan siapa dia.
Pernyataan Bung Karno seolah mendapat jawaban dari William Arthur Ward bahwa:
The mediocre teacher tells. The good teacher
explain. The superior teacher demonstrates and the great teacher inspires
A great teacher harus bisa menjadi inspirasi
bagi anak didiknya. Untuk bisa menjadi inspirasi bagi anak didik Anda, Anda
perlu menjadi pribadi yang dianggap sebagi panutan. Pertama yang harus Anda
lakukan adalah menyukai apa yang Anda kerjakan. Ingatlah paradoks berbagi,
dimana semakin berbagi, makin kita berkelimpahan. Untuk menerapkan paradoks
berbagai Anda perlu mempunyai sifat abundance mentality yaitu mental yang
berkelimpahan. Apa itu? Yaitu kuat dengan menguatkan orang lain, besar dengan
membesarkan orang lain, maju dengan memajukan orang lain, cerdas dengan
mencerdaskan orang lain, dan senang melihat orang lain senang. Menjadi guru itu
menyenangkan, kesenangan dan kecintaan Anda yang mungkin akan mengantarkan Anda
menjadi Great Teacher. You must love what you do!!!!! Selamat berkarya dan
mencerdaskan anak bangsa!
NB: Sebagai bentuk notulensi Program ILS
Depok, 16 Febuari 2011