Sabtu, 06 Oktober 2012

SELF FULFILLING PROPHECY (Part 1)

Self Fulfilling Prophecy, Aku mengenal kata itu pertama kali di buku “Istikharah for Muslimah” sudah hamper dua tahun yang lalu. Namun, kali ini aku kembali teringat dengan kata-kata itu saat aku membaca artikel yang berjudul Self Fulfilling Prophecy terpampang di sebuah Koran harian.  Aku sedikit berpikir mengenai arti dari kata itu dan mencoba mengaitkan dengan beberapa hal.

Apa itu sebenarnya Self Fulfilling Prophecy? Self Fulfilling Prophecy adalah ramalan yang terwujud sendiri, ramalan yang secara langsung atau tidak, menyebabkan ramalan itu jadi nyataKonsep ini juga dikenal dengan istilah lain seperti Pygmalion effect yaitu suatu fenomena yang mengungkapkan bahwa apa yang kita pikirkan atau harapkan agar terjadi seringkali akan betul - betul menjadi kenyataan.

Konsep ini sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari- hari kita, dan menurut saya kita harus belajar untuk membuat sebuah ramalan yang baik untuk diri kita sendiri agar ramalan itu berubah menjadi sebuah kenyataan yang baik pula.

Self Fulfilling Prophecy dan seorang guru/ pendidik
Bagi seorang guru penting sekali mempelajari Self Fulfilling Prophecy untuk menghadapi anak didiknya. Saya jadi teringat pelatihan Matematika Gasing bersama Surya Institute sebuah yayasan yang didirikan oleh Prof. Yohanes Surya. Prof Yo nama panggilan beliau, selalu menekankan pada kami bahwa tidak ada satupun anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak-anak yang malang karena tidak mendapatkan guru terbaik. Ucapan beliau menjadi sangat penting karena sebenarnya saat itulah kita secara tidak sadar sedang membuat ramalan. Meramalkan bahwa misal anak yang kita didik itu bodoh. Dan hati-hatilah dengan sebuah ramalan, karena ramalan itu akan sangat mungkin menjadi kenyataan. Bukan ramalan itu yang benar, namun sikap kita yang terkadang membuat pembuktian atas ramalan itu. Misal jika kita menganggap murid yang kita ajar malas dan bodoh maka kita akan memperlakukan murid itu seolah-olah dia malas dan bodoh, yang pada akhirnya membuat si guru mengajar sekedarnnya dan tidak telaten menghadapi muridnya. Akibatnya si murid pun akan merespon dengan cara tertentu yang pada akhirnya menguatkan bahwa dia bodoh dan malas. Penting bagi seorang guru untuk memperlakukan muridnya sebagai seseorang yang mempunyai masa depan positif dan terus memotivasi murid untuk lebih berprestasi. Prestasi murid bukan urusan kapasitas murid, tapi urusan bagaimana guru memperlakukan muridnya.

Self Fulfilling Prophecy dan seorang pemimpin
Begitu pula bagi seorang pemimpin. Pemimpin mutlak harus mempunyai Self Fulfilling Prophecy. Tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin adalah memotivasi bawahannya. Untuk memotivasi itu diperlukan Self Fulfilling Prophecy. Seorang pemimpin pun harus visioner dimana dia punya tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi, perusahaan dll. Self Fulfilling Prophecy akan membawanya menuju harapan-harapan yang akan mewujudkan visi mereka.
Ada sebuah penelitian terhadap tiga kelompok yang sebenarnya memiliki kualitas yang sama. Kelompok pertama, kelompok yang leader-nya memberikan suatu ekspektasi kepada anak buahnya bahwa mereka akan mampu mencapai kinerja sampai 120% dari yang dia targetkan. Kelompok kedua, kelompok yang leader-nya menyatakan anak buahnya hanya biasa-biasa saja, sehingga syukur kalau anak buahnya bisa mencapai kinerja 80% dari yang ditargetkan. Sementara kelompok yang ketiga sering disebut dengan kelompok control yaitu kelompok yang tidak diberikan ekspektasi apapun sehingga bisa dikatakan akan memperoleh 100% dari yang ditargetkan. Ternyata dari hasil penelitian tersebut, kelompok pertama memang memberikan hasil yang sangat baik, sedangkan kelompok kedua lebih buruk dan kacau.  Dari sinilah istilah Self Fulfilling Prophecy muncul. Jika kita memberikan optimism kepada orang lain, kinerjanya akan melebihi kapasitas biasanya. Sementara jika kita memberikan pesimisme yang terjadi memang akan lebih buruk dari yang seharusnya. Dan pemimpin mutlak harus bisa menerapkan Self Fulfilling Prophecy.

Untuk menerapkan Self Fulfilling Prophecy ini seorang pemimpin harus belajar untu mempercayai bawahan. Berikan tugas itu dan sampaikan bahwa ‘aku yakin kamu mampu melakukannya, dan aku tidak salah memilih orang’. Yakinkan bahwa bawahan kita memiliki kemampuan untuk menjalankan tersebut. Dengan demikian, bawahan kita akan secara tidak langsung mengubah sendiri perilakunya seperti apa yang diharapkan pemimpin. Bawahan akan berperilaku seolah membenarkan perkataan dan ramalan pemimpin tersebut. Kuncinya adalah memanfaatkan kekuatan dari 'positive expectation' atau pengharapan positif ini agar dapat menggali seluruh kemampuan dan potensi bawahan kita secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang luar biasa pula.

Kalau orang Islam bilang ucapan adalah doa, dan seperti itu juga prinsip Self Fulfilling Prophecy. Jangan pernah mencoba berpikiran negatif tentang sesuatu hal, karena mungkin semua itu menjadi nyata. Orang memperlakukan orang lain sbg orang yang buruk sebenarnya mencerminkan bagaimana dirinya diperlakukan lingkungannya.

13 komentar:

  1. Ulasan yg bagus. Materi berat disajikan dng cara yg ringan dan mudah dipahami.

    BalasHapus
  2. terimakasih ,, sangat membantu

    BalasHapus
  3. keren nich artikelnya, untuk dunia pelatihan juga bisa nich. yuks yang mau cari info tentang dunia kepelatihan bisa berkunjung ke zonapelatih.net.
    mohon izin ya gan

    BalasHapus
  4. Aku juga baru denger 'self fulfiling prophecy' dari pidato megawati.. dan tahu artinya disini. nice posting...

    BalasHapus
  5. Ulasan yang bagus.
    Pembahasan yang serupa, monggo singgah:
    http://www.dedysurya.com/self-fulfilling-prophecy-prasangka-yang-terwujud.html

    BalasHapus
  6. Ulasan yang bagus.
    Pembahasan yang serupa, monggo singgah:
    http://www.dedysurya.com/self-fulfilling-prophecy-prasangka-yang-terwujud.html

    BalasHapus
  7. wuah, akhirnya jadi ngerti apa itu self fulfilling properchy, mantep nih artikelnyaa :)

    BalasHapus