Self Fulfilling Prophecy,
Aku mengenal kata itu pertama kali di buku “Istikharah for Muslimah” sudah hamper
dua tahun yang lalu. Namun, kali ini aku kembali teringat dengan kata-kata itu
saat aku membaca artikel yang berjudul Self
Fulfilling Prophecy terpampang di sebuah Koran harian. Aku sedikit berpikir mengenai arti dari kata
itu dan mencoba mengaitkan dengan beberapa hal.
Apa
itu sebenarnya Self Fulfilling Prophecy? Self
Fulfilling Prophecy adalah ramalan yang terwujud sendiri, ramalan
yang secara langsung atau tidak, menyebabkan ramalan itu jadi nyata. Konsep ini juga dikenal dengan istilah lain seperti
Pygmalion effect yaitu suatu fenomena
yang mengungkapkan bahwa apa yang kita pikirkan atau harapkan agar terjadi
seringkali akan betul - betul menjadi kenyataan.
Konsep
ini sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari- hari kita, dan menurut
saya kita harus belajar untuk membuat sebuah ramalan yang baik untuk diri kita
sendiri agar ramalan itu berubah menjadi sebuah kenyataan yang baik pula.
Self
Fulfilling Prophecy
dan seorang guru/ pendidik
Bagi
seorang guru penting sekali mempelajari Self
Fulfilling Prophecy untuk menghadapi anak didiknya. Saya jadi teringat
pelatihan Matematika Gasing bersama Surya Institute sebuah yayasan yang
didirikan oleh Prof. Yohanes Surya. Prof Yo nama panggilan beliau, selalu
menekankan pada kami bahwa tidak ada satupun anak yang bodoh, yang ada hanyalah
anak-anak yang malang karena tidak mendapatkan guru terbaik. Ucapan beliau
menjadi sangat penting karena sebenarnya saat itulah kita secara tidak sadar
sedang membuat ramalan. Meramalkan bahwa misal anak yang kita didik itu bodoh.
Dan hati-hatilah dengan sebuah ramalan, karena ramalan itu akan sangat mungkin
menjadi kenyataan. Bukan ramalan itu yang benar, namun sikap kita yang
terkadang membuat pembuktian atas ramalan itu. Misal jika kita menganggap murid
yang kita ajar malas dan bodoh maka kita akan memperlakukan murid itu
seolah-olah dia malas dan bodoh, yang pada akhirnya membuat si guru mengajar
sekedarnnya dan tidak telaten menghadapi muridnya. Akibatnya si murid pun akan
merespon dengan cara tertentu yang pada akhirnya menguatkan bahwa dia bodoh dan
malas. Penting bagi seorang guru untuk memperlakukan muridnya sebagai seseorang
yang mempunyai masa depan positif dan terus memotivasi murid untuk lebih
berprestasi. Prestasi murid bukan urusan kapasitas murid, tapi urusan bagaimana
guru memperlakukan muridnya.
Self
Fulfilling Prophecy
dan seorang pemimpin
Begitu
pula bagi seorang pemimpin. Pemimpin mutlak harus mempunyai Self Fulfilling Prophecy. Tugas yang harus dilaksanakan oleh
seorang pemimpin adalah memotivasi bawahannya. Untuk memotivasi itu diperlukan Self Fulfilling Prophecy. Seorang
pemimpin pun harus visioner dimana dia punya tujuan yang ingin dicapai dalam
organisasi, perusahaan dll. Self
Fulfilling Prophecy akan membawanya menuju harapan-harapan yang akan
mewujudkan visi mereka.
Ada
sebuah penelitian terhadap tiga kelompok yang sebenarnya memiliki kualitas yang
sama. Kelompok pertama, kelompok yang leader-nya
memberikan suatu ekspektasi kepada anak buahnya bahwa mereka akan mampu
mencapai kinerja sampai 120% dari yang dia targetkan. Kelompok kedua, kelompok
yang leader-nya menyatakan anak buahnya hanya biasa-biasa saja, sehingga syukur
kalau anak buahnya bisa mencapai kinerja 80% dari yang ditargetkan. Sementara kelompok
yang ketiga sering disebut dengan kelompok control yaitu kelompok yang tidak
diberikan ekspektasi apapun sehingga bisa dikatakan akan memperoleh 100% dari
yang ditargetkan. Ternyata dari hasil penelitian tersebut, kelompok pertama
memang memberikan hasil yang sangat baik, sedangkan kelompok kedua lebih buruk
dan kacau. Dari sinilah istilah Self Fulfilling Prophecy muncul. Jika kita
memberikan optimism kepada orang lain, kinerjanya akan melebihi kapasitas
biasanya. Sementara jika kita memberikan pesimisme yang terjadi memang akan
lebih buruk dari yang seharusnya. Dan pemimpin mutlak harus bisa menerapkan Self Fulfilling Prophecy.
Untuk
menerapkan Self Fulfilling Prophecy ini
seorang pemimpin harus belajar untu mempercayai bawahan. Berikan tugas itu dan
sampaikan bahwa ‘aku yakin kamu mampu melakukannya, dan aku tidak salah memilih
orang’. Yakinkan bahwa bawahan kita memiliki kemampuan untuk menjalankan
tersebut. Dengan demikian, bawahan kita akan secara tidak langsung mengubah
sendiri perilakunya seperti apa yang diharapkan pemimpin. Bawahan akan
berperilaku seolah membenarkan perkataan dan ramalan pemimpin tersebut.
Kuncinya adalah memanfaatkan kekuatan dari 'positive
expectation' atau pengharapan positif ini agar dapat menggali seluruh
kemampuan dan potensi bawahan kita secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang
luar biasa pula.
Kalau
orang Islam bilang ucapan adalah doa, dan seperti itu juga prinsip Self Fulfilling Prophecy. Jangan pernah
mencoba berpikiran negatif tentang sesuatu hal, karena mungkin semua itu
menjadi nyata. Orang memperlakukan orang lain sbg orang yang buruk sebenarnya
mencerminkan bagaimana dirinya diperlakukan lingkungannya.
Good
BalasHapusTerimakasih..
HapusUlasan yg bagus. Materi berat disajikan dng cara yg ringan dan mudah dipahami.
BalasHapusterimakasih ,, sangat membantu
BalasHapusmantap artikelnya
BalasHapuskeren nich artikelnya, untuk dunia pelatihan juga bisa nich. yuks yang mau cari info tentang dunia kepelatihan bisa berkunjung ke zonapelatih.net.
BalasHapusmohon izin ya gan
Aku juga baru denger 'self fulfiling prophecy' dari pidato megawati.. dan tahu artinya disini. nice posting...
BalasHapusTerimakasih juga sudah berkunjung..
HapusUlasan yang bagus.
BalasHapusPembahasan yang serupa, monggo singgah:
http://www.dedysurya.com/self-fulfilling-prophecy-prasangka-yang-terwujud.html
Ulasan yang bagus.
BalasHapusPembahasan yang serupa, monggo singgah:
http://www.dedysurya.com/self-fulfilling-prophecy-prasangka-yang-terwujud.html
Thanks gan..
Hapuswuah, akhirnya jadi ngerti apa itu self fulfilling properchy, mantep nih artikelnyaa :)
BalasHapusTerima kasih infonya
BalasHapus